Arsitektur Victoria, yang berkembang pada abad ke-19, meninggalkan dampak lingkungan yang signifikan karena praktik konstruksi, pilihan material, dan dampaknya terhadap pembangunan perkotaan. Kelompok topik ini akan menyelidiki pertimbangan lingkungan dari praktik arsitektur Victoria, termasuk penggunaan material, efisiensi energi, dan dampak perencanaan kota.
Bahan bangunan
Selama era Victoria, arsitek dan pembangun biasanya menggunakan bahan-bahan seperti batu bata, batu, dan besi cor untuk membangun bangunan. Meluasnya penggunaan bahan-bahan ini mempunyai berbagai dampak terhadap lingkungan. Produksi batu bata dan batu memerlukan penggalian besar-besaran, yang sering kali menyebabkan degradasi bentang alam dan hilangnya habitat. Selain itu, pengangkutan material berat ini menghasilkan emisi karbon yang signifikan sehingga berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan.
Selain itu, penggunaan besi cor, meskipun inovatif pada masanya, melibatkan proses produksi intensif energi yang menghasilkan gas rumah kaca. Selain itu, penambangan dan pengolahan bijih besi untuk menghasilkan besi cor mempunyai dampak buruk terhadap lingkungan, termasuk penggundulan hutan dan erosi tanah.
Efisiensi energi
Bangunan-bangunan zaman Victoria dicirikan oleh jendela-jendelanya yang besar, fasadnya yang rumit, dan interiornya yang luas. Meskipun elemen desain ini berkontribusi pada daya tarik estetika arsitektur, namun juga menimbulkan tantangan dalam hal efisiensi energi. Banyaknya penggunaan kaca pada jendela, seringkali satu panel, menyebabkan isolasi yang buruk dan peningkatan konsumsi energi untuk pemanasan dan pendinginan.
Selain itu, ketergantungan pada cahaya alami karena desain bangunan bergaya Victoria menyebabkan interior menjadi hangat dan tidak nyaman di musim panas, sehingga memerlukan energi tambahan untuk ventilasi dan sirkulasi udara. Kurangnya sumber energi berkelanjutan selama periode ini berarti bahwa bangunan-bangunan di zaman Victoria sebagian besar bergantung pada energi tak terbarukan, sehingga berkontribusi terhadap tekanan lingkungan.
Dampak Perencanaan Kota
Praktik arsitektur Victoria secara signifikan memengaruhi perkembangan kota dan perencanaan kota. Pembangunan gedung-gedung besar dan proyek infrastruktur pada era Victoria seringkali menyebabkan hilangnya ruang hijau dan lanskap alam di kawasan perkotaan. Perluasan kota dan peningkatan kegiatan industri mengakibatkan polusi, kemacetan, dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
Selain itu, penekanan pada desain kemegahan dan hiasan dalam arsitektur Victoria menyebabkan menjamurnya kawasan perkotaan, sehingga meningkatkan permintaan akan transportasi dan utilitas. Perluasan kota ini berkontribusi terhadap degradasi lingkungan, karena memerlukan pembukaan lahan untuk jalan raya, jalur kereta api, dan jaringan utilitas, sehingga mengganggu ekosistem dan habitat alami.
Kesimpulan
Praktik arsitektur Victoria, meskipun melambangkan era yang terkenal dengan kemegahan dan desain inovatifnya, namun membawa dampak lingkungan yang signifikan. Mulai dari ekstraksi dan pengangkutan material hingga inefisiensi energi dan dampak perencanaan kota, arsitektur Victoria meninggalkan jejak abadi terhadap lingkungan. Dengan memahami implikasi ini, kita dapat merefleksikan konteks historis praktik arsitektur dan mengupayakan pendekatan yang lebih berkelanjutan dan sadar lingkungan dalam arsitektur kontemporer.